Saturday, August 05, 2006

Peringatan Jepang Diabaikan


Indo Pos, Rabu, 19 Juli 2006,
Peringatan Jepang Diabaikan
Depsos: 357 Tewas, 229 Orang Hilang

PANGANDARAN - Sejumlah wisatawan asing ikut menjadi korban tsunami di PantaiPangandaran, Ciamis, Jawa Barat, Senin (17/7) lalu. Hingga kemarin, KantorMenko Kesra mencatat, jumlah korban yang telah ditemukan tewas mencapai 341orang dan 229 lainnya masih hilang. Menurut data Departemen Sosial (Depsos),hingga pukul 20.00 tadi malam, jumlah korban tewas 357 orang.Di antara para korban tewas, ada lima warga negara asing. Yaitu, dua wargaArab Saudi dan masing-masing satu orang dari Jepang, Swedia, dan Belgia.Memang, sejumlah kawasan wisata di pinggir pantai ikut dihantam tsunami.Yang terparah adalah wisata kuliner seafood di bibir Pantai Pangandaran,Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Di area wisata itu, ditemukan 100 korbantewas.Besarnya jumlah korban tersebut seharusnya tidak terjadi. Sebab, sebelumtsunami datang, sudah ada dua lembaga regional yang memberikan peringatankepada pemerintah. Sayang, dua peringatan itu diabaikan.Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman mengakui,pemerintah menerima warning dari Pacific Tsunami Warning Center dan BadanMeteorologi Jepang sesaat setelah ada gempa. "Tetapi, kami tidak mengumumkanwarning itu. Kalau tsunami-nya tidak terjadi bagaimana?" kata Kadiman kepadawartawan seperti dikutip AP (Associated Press). Namun, Kadiman menolakmenjelaskan lebih detail tentang hal itu.Peringatan dari dua lembaga tersebut dikirimkan 45 menit sebelum gelombangtsunami datang. Tetapi, tanpa sistem otomatis yang siap, seperti melaluiloudspeaker atau SMS (layanan pesan singkat) yang bisa menjangkau warga atauturis di sekitar pantai, sulit menghindari jumlah korban dalam jumlah besar.Sebetulnya Indonesia memiliki sistem peringatan dini untuk mendeteksi akandatangnya tsunami. Peralatan itu merupakan hasil kerja sama antarapemerintah Indonesia dan Australia. "Tetapi, sistem ini tidak bekerja denganbaik karena tidak ada peralatan pendukungnya. Saat ini, kami terusmengembangkan sistem komunikasi yang baik, terutama di daerah yang rawanbencana," kata Fauzi, pejabat Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta,seperti dikutip AFP.Berdasar laporan Menko Kesra Aburizal Bakrie yang kemarin telah berkunjungke Pangandaran, 341 orang yang meninggal dunia itu tersebar di Jawa Barat,Jawa Tengah, dan DI Jogjakarta. Di Jawa Barat, 182 orang meninggal diCiamis, 54 orang di Tasikmalaya, dan 3 orang di Banjar. Di Jawa Tengah danDIY, 102 orang meninggal, yakni 91 orang di Cilacap, 7 orang di Kebumen, dan4 orang di Gunung Kidul.Selain itu, 229 orang hilang dengan kemungkinan telah meninggal dunia.Yakni, di Ciamis 84 orang, Tasikmalaya 22 orang, Cilacap 73 orang, danKebumen 46 orang. Selain itu, 24 orang menderita luka berat, 58 orang lukaringan, dan 70 orang dirawat di rumah sakit."Sebanyak 23.400 orang mengungsi di Jawa Barat dan 35.239 orang mengungsi diJawa Tengah dan DI Jogjakarta," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla mengutipdata yang dilaporkan oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie kemarin.Sementara itu, upaya pencarian korban tsunami yang dipicu gempa berkekuatan7,7 skala Richter terus dilakukan. Petugas gabungan mulai membongkarbekas-bekas reruntuhan bangunan. Di sini mereka menemukan mayat-mayatbergeletakan.Seorang warga Swiss, Heff Martin, 26, mengaku masih trauma dengan apa yangbaru dia lihat bersama tunangannya. "Kami hanya punya waktu sekian detikuntuk bisa berpikir jernih dan menggunakan akal sehat menghadapi situasiyang terjadi," katanya.Menurut Martin, saat itu banyak orang berteriak-teriak di luar hoteltempatnya menginap. Salah seorang staf hotel keluar untuk melihat apa yangterjadi. Tetapi, dia kembali dan berteriak, "Ada gelombang, ada gelombang.Lautan datang, lautan datang," kata Martin menirukan staf hotel tadi."Kami langsung berlari menuju ke lantai dua dan sesaat kemudian air pasangitu datang dan menghantam lantai satu hotel kami. Kami lima menit di lantaidua sebelum kemudian naik ke genting dengan membongkar atap," katanya.Agus Sutrisno, kepala Satkorlak Ciamis, mengatakan, ada 1.500 sukarelawanyang diterjunkan untuk mencari mayat dan korban yang masih selamat. "Kamimemperkirakan ada banyak orang yang terkubur reruntuhan. Tetapi, terusterang kami kesulitan peralatan berat seperti truk pengeruk dan gergajimesin," kata Agus.Seorang warga Australia yang berprofesi sebagai guru menceritakan bahwaperingatan dini satu-satunya hanya suara deburan ombak. "Ada suara ombakbergulung-gulung, makin dekat dan semakin dekat. Kami mencoba melihat kejalan dan yang tampak ada air," kata Wayne Proctor, 46.Proctor mengatakan, dirinya beruntung sudah berada jauh dari pantai saattsunami datang. "Kalau kami masih ada di dalam hotel, mungkin kami tewas,"katanya. (fan/noe/ein/ap/afp)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home